السبت، 11 مايو 2013

Pengertian profesi


Pengertian Profesi

Istilah “profesi” sudah cukup dikenal oleh semua pihak, dan senantiasa melekat pada “guru” karena tugas guru sesungguhnya merupakan suatu jabatan professional. Untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat, berikut ini akan dikemukakan pengertian “profesi” dan kemudian akan dikemukakan pengertian profesi guru. Biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut keahlian para pemangkunya. Hal ini mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetepi memerlukan suatu persiapan melelui pendidikan dan pelatihan yang dikembangkan khusus untuk itu. Ada beberapa istilah lain yang dikembangkan yang bersumber dari istilah “profesi” yaitu istilah professional, profesionalisme, profesionalitas, dan profesionaloisasi secara tepat, berikut ini akan diberikan pengkelasan singkat mengeni pengertian istilah-istilah tersebut.

“Professional” mempunyai makna yang mengacu kepada sebutan tentang orang yang menyandang suatu profesi dan sebutan tentang penampilan seseorang dalam mewujudkan unjuk kerja sesuai dengn profesinya. Penyandangan dan penampilan “professional” ini telah mendapat pengakuan, baik segara formal maupun informal. Pengakuan secara formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi. Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas dan para pengguna jasa suatu profesi. Sebagai contoh misalnya sebutan “guru professional” adalah guru yang telah mendapat pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik dalam kaitan dengan jabatan ataupun latar belakang pendidikan formalnya. Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah, akta, sertifikat, dsb baik yang menyangkut kualifikasi maupun kompetensi. Sebutan “guru professional” juga dapat mengacu kepada pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. Dengan demikian, sebutan “profesional’’ didasarkan pada pengakuan formal terhadap kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau pekerjaan tertentu. Dalam RUU Guru (pasal 1 ayat 4) dinyatakan bahwa: “professional adalah kemampuan melakukan pekerjaan sesuai dangan keahlian dan pengabdian diri kepada pihak lain”.

“Profesionalisme” adalah sebutan yang mengacu kepada sikap mental dalam bentuk komitmen dari para anggota suatu profesi untuk senantiasa mewujudkan dan meningkatkan kualitas profesionalnya. Seorang guru yang memiliki profesionalisme yang tinggi akan tercermin dalam sikap mental serta komitmennya terhadap perwujudan dan peningkatan kualitas professional melalui berbagai cara dan strategi. Ia akan selalu mengembangkan dirinya sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman sehingga keberadaannya senantiasa memberikan makna proesional.

“Profesionalitas” adalah sutu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas lebih menggambarkan suatu “keadaan” derajat keprofesian seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.
“Profesionalisasi” adalah sutu proses menuju kepada perwujudan dan peningkatan profesi dalam mencapai suatu kriteria yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.

Sumber: Afrizal. Guru Profesional: Untuk Pendidikan Bermutu. Geografi.upi.edu. Desember 2007.

الجمعة، 10 مايو 2013

Afrizal Permohonan Beasiswa


No              : Istimewa                                                 Banda Aceh, 09 Mei 2013
Lampiran : 1 (satu) berkas                                        Kepada yth:
Hal           : Mohon Bantuan Dana Beasiswa     Bapak GUBERNUR
          Di-
         Tempat
Dengan Hormat,
Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama                            : Afrizal
NPM                             : 1011030086
Tempat/tgl lahir            : Naibos, 02 mei 1989
Fakultas                         : FKIP
Jurusan                          : Matematika
Jenjang                          : S-1
Universitas                    : Serambi Mekkah
Alamat                          : Desa blang cut Kec. Leung bata Banda Aceh
HP                                 : 085277337151

Dengan ini mengajukan permohonan kepada Bapak agar sudi kiranya mempertimbangkan saya sebagai salah seorang penerima bantuan dana untuk penunjang penyelesaian Kuliah saya.

Sebagai bahan pertimbangan Bapak bersama ini saya lampirkan kelengkapan administrasi antara lain:

1.     Surat Permohonan
2.    Daftar Riwayat Hidup
3.    Transkrip Nilai
4.    Surat Keterangan Aktif Kuliah
5.    Surat Keterangan Kurang Mampu
6.    Foto Copy Kartu Tanda Penduduk (KTP)
7.    Foto Copy Buku Rekening Bank
8.    Foto Copy Slip SPP ganjil
9.    Foto Copy Kartu Tanda Mahasiswa (KTM)
10. Foto Copy KK
11.  Phas Photo 3x4 sebanyak 4 lembar

Demikian surat permohonan ini saya buat dengan sebenarnya, atas bantuan dan pertimbangan Bapak saya ucapkan terima kasih


Hormat Saya,
Pemohon



Afrizal

الثلاثاء، 7 مايو 2013

KEIMANAN


PENGERTIAN KEIMANAN
Pengertian iman dari bahasa Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
“Membenarkan dengan hati” maksudnya membenarkan segala apa yang datang dari Allah SWT yang dibawa oleh Rasulullah SAW, serta menerimanya dengan ikhlas. ”Diucapkan dengan lisan” maksudnya mengucapkan dua kalimat syahadat ”AsyhaduaLLaa ilaha illallah waashaduanna  Muhammad Rasulullah” (Tidak ada sesembahan yang hak kecuali Allah SWT dan bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah), serta mengamalkan konsekuensi nya.  ”Diamalkan dengan tindakan (perbutan)”maksudnya hati mengamalkan dalam bentuk keyakinan, lisan mengamalkan dalam bentuk perkataan, sedangkan anggota badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.
Amalan – amalan hati mencakup 24 perkara yang berisikan keyakinan (aqidah) dan niat. Diantara nya  adalah Rukun Iman yang enam, Mencintai Allah, Taubat, Syukur, Tawakal, Tidak suka marah, tidak dengki, Ikhlas dan seterus nya.
Amalan – Amalan lisan mencakup 7 perkara yaitu Melafazhkan kalimat tauhid, Membaca al-Quran, Mempelajari Ilmu Agama, Mengajarkan Ilmu Agama, Doa, Dzikir, Menjauhi perkataan sia-sia.

      Amalan – amalan anggota badan mencakup 38 perkara yaitu 15 perkara yang berhubungan dengan diri, seperti Shalat, Zakat, Bersuci, Menutup Aurat, Memerdekakan budak, Puasa, Haji dan seterus nya.
 6 perkara yang berhubungan dengan orang yang dicintai, seperti mendidik anak, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung silaturahmi dan seterusnya.
17 perkara yang berhubungan dengan masyarakat, seperti mentaati ulil amri (ulama dan pemerintah), menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, menyingkirkan gangguan dari jalan.

Jadi, seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Firman Allah SWT:

“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya, dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An Nisa : 136)
Ayat di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya adalah untuk kebaikan manusia.
Salah satu makhluk Allah swt. yang diciptakan di alam ini adalah malaikat. Dia bersifat gaib bagi manusia, karena tidak dapat dilihat ataupun disentuh dengan panca indra manusia.Sebagai muslim kita diwajibkan beriman kepada malaikat. Iman kepada malaikat tersebut termasuk rukun iman yang kedua. Apa yang dimaksud iman kepada malaikat? Iman kepada malaikat berarti meyakini dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan malaikat yang diutus untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dari Allah.
Dasar yang menjelaskan adanya makhluk malaikat tercantum dalam ayat berikut ini yang artinya:


“Segala puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.” (Q.S. Fatir: 1)
Selanjut nya meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-kitab yangditurunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar merupakan kalam (firman,ucapan)-Nya. Ia adalah cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Kitap-kitap yng diturunkan Allah SWT Antara lain Taurat,Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah,wajib pula mengimani bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat didalam  Al-Qur’an.  Al-Qur’an merupakan tolak ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu. Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan kitap-kitap yang lain.


 Kemudian kita Harus beriman Kepada rasul-rasul Allah, keyakinan yang kuat bahwa Allah telah mengutus para rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.
kepada siapa di antara mereka yang disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Wajibpula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah, dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad SAW adalah yang paling mulia dan penutup para nabi dan rasul,risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta tidak ada nabi setelahnya.

Iman kepada kebangkitan setelah mati adalah keyakinan yang kuat tentang adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah akan membalas kebaikan orang-orang yang berbuat baik dan orang-orang yang berbuat jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki. (kebangkitan) adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru.Kita memohon ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.

            Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu, sebelum menciptakan dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang telah diketahui-Nya. sebelum menciptakannya.Banyak sekali dalil mengenai rukun iman, baik dari segi Al-Qur’an maupun As-Sunnah.

Namun apa yang menyebabkan iman seseorang itu bisa bertambah ataupun berkurang.  
Ada beberapa sebab, di antaranya:

Sebab Iman seseorang bisa bertambah

 Mengenal Allah (Ma’rifatullah) dengan nama-nama (asma’) dan sifat-sifat-Nya. Setiap kali marifatullahnya seseorang itu bertambah, maka tak diragukan lagi imannya akan bertambah pula. Oleh karena itu para ahli ilmu yang mengetahui benar-benar tentang asma’ Allah dan sifat-sifat-Nya lebih kuat imannya dari pada yang lain.
 Memperlihatkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)Allah,  Allah Ta’ala berfirman.
وَفِي الأرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُ
“Dan di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin, dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan” (Adz-Dzariyat : 20-21).
Ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa jika manusia mau memperhatikan dan merenungkan alam ini, maka imannya akan semakin bertambah.
 Banyak melaksanakan ketaatan. Seseorang yang mau menambah ketaatannya, maka akan bertambah pula imannya, apakah ketaatan itu berupa qauliyah maupun fi’liyah. Berdzikir umpamanya akan menambah keimanan seseorang. Demikian juga shalat, puasa dan haji akan menambah keimanan secara kuantitas maupun kualitas.
 Sebab iman seseorang bis berkurang
 Jahil terhadap asma’ Allah dan sifat-sifat-Nya. Ini akan menyebabkan berkurangnya iman. Karena, apabila mari’fatullah seseorang tentang asma’ dan sifat-sifat-Nya itu berkurang, tentu akan berkurang juga imannya.
 Berpaling dari tafakkur mengenai ayat-ayat Allah yang kauniyah maupun syar’iyah. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya iman, atau paling tidak membuat keimanan seseorang menjadi statis tidak pernah berkembang.
 Berbuat maksiat. Kemaksiatan memiliki pengaruh yang besar terhadap hati dan keimanan seseorang. Oleh karena itu Rasulullah SAW pernah bersabda : “Tidaklah seseorang itu berbuat zina ketika melakukannnya sedang ia dalam keadaan beriman”. (Al-Hadits)
Meninggalkan ketaatan. Meninggalkan keta’atan akan menyebabkan berkurangnya keimanan. Jika ketaatan itu berupa kewajiban lalu ditinggalkannya tanpa udzur, maka iman seseorang akan berkurang.

 MACAM- MACAM TINGKATAN KEIMANAN
Tingkat keimanan kita sesungguhnya dapat kita ukur sendiri. Caranya ada berbagai macam metode, salah satunya yang akan kita bahas disini adalah dengan melihat motivasi kita dalam beribadah. Ada berbagai macam alasan yang memotivasi kita dalam beribadah yaitu.

Kewajiban.
Motivasi ini merupakan motivasi yg paling dasar. Motivasi kewajiban ini pun dapat dibagi menjadi  yaitu kewajiban akan status, dan takut akan dosa. Kewajiban akan status akan memotivasi orang tersebut untuk memilih suatu agama dan beribadah hanya untuk memenuhi statusnya, sedangkan takut akan dosa lebih memacu orang tersebut untuk (hanya) beribadah untuk menggugurkan kewajibannya tersebut (tanpa mempedulikan kualitas ibadah, hanya kuantitas ibadah).

 Kebutuhan.
Dalam tingkatan ini, manusia akan lebih meningkatkan kualitas ibadahnya hanya bedasarkan jika sedang butuh saja (ya walau terkadang ada orang yang hanya shalat jika ada butuhnya saja). Mengapa tingkatan ini lebih tinggi dari pada tingkatan yang pertama tadi? Hal ini di karenakan oleh faktor kualitas dari ibadah yang dilakukan oleh orang tersebut (jika kita sedang butu dengan sebaik baiknya).

 Rasa syukur / terima kasih atas nikmat dan karunia yang telah ALLAH berikan.
Ini adalah motivasi terbesar yang paling sering kita temukan. Ibadah atas motivasi ini tentu di laksanakan atas rasa syukur setelah diberi nikmat oleh ALLAH.

 Atas dasar rasa cinta kepada Allah SWT.
 Motivasi ini merupakan motivasi tertinggi. Dalam motivasi ini kita merasa, walau sering kita melupakan nikmat ALLAH (terutama ketika kita tidur), ALLAH tetap senantiasa menjaga kita, melindungi kita (dan tetap menjaga jantung kita berdetak ketika tidur, otot usus kita bekerja walau kita terlelap). Bayangkan apabila ketika kita melupakan ALLAH dan ALLAH pun melupakan kita. Ya, tanpa disadari, kita merupakan makhluk yang memang dibuat untuk senantiasa lupa (terutama akan kodrat tujuan penciptaan kita yaitu beribadah).

Keimanan dapat diibaratkan sebatang pohon yang memerlukan siraman pupuk dan penjagaan dari hama. Siraman iman ialah nasihat-nasihat agama, pupuknya adalah ibadah, dan hamanya yaitu segala perbuatan dosa. Hama atau perusak iman dapat berasal dari dirinya sendiri (intern) dan dari luar atau pengaruh lingkungan (ekstern).