PENGERTIAN
KEIMANAN
Pengertian iman dari bahasa
Arab yang artinya percaya. Sedangkan menurut istilah, pengertian
iman adalah membenarkan dengan hati, diucapkan dengan lisan, dan diamalkan
dengan tindakan (perbuatan). Dengan demikian, pengertian iman kepada Allah
adalah membenarkan dengan hati bahwa Allah itu benar-benar ada dengan segala
sifat keagungan dan kesempurnaanNya, kemudian pengakuan itu diikrarkan dengan
lisan, serta dibuktikan dengan amal perbuatan secara nyata.
“Membenarkan
dengan hati” maksudnya membenarkan segala apa yang datang dari Allah SWT yang
dibawa oleh Rasulullah SAW, serta menerimanya dengan ikhlas. ”Diucapkan dengan
lisan” maksudnya mengucapkan dua kalimat syahadat ”AsyhaduaLLaa ilaha illallah
waashaduanna Muhammad Rasulullah” (Tidak
ada sesembahan yang hak kecuali Allah SWT dan bahwa Muhammad SAW adalah utusan
Allah), serta mengamalkan konsekuensi nya.
”Diamalkan dengan tindakan (perbutan)”maksudnya hati mengamalkan dalam
bentuk keyakinan, lisan mengamalkan dalam bentuk perkataan, sedangkan anggota
badan mengamalkannya dalam bentuk ibadah-ibadah sesuai dengan fungsinya.
Amalan
– amalan hati mencakup 24 perkara yang berisikan keyakinan (aqidah) dan niat.
Diantara nya adalah Rukun Iman yang
enam, Mencintai Allah, Taubat, Syukur, Tawakal, Tidak suka marah, tidak dengki,
Ikhlas dan seterus nya.
Amalan
– Amalan lisan mencakup 7 perkara yaitu Melafazhkan kalimat tauhid, Membaca
al-Quran, Mempelajari Ilmu Agama, Mengajarkan Ilmu Agama, Doa, Dzikir, Menjauhi
perkataan sia-sia.
Amalan – amalan anggota badan mencakup 38 perkara yaitu 15 perkara yang berhubungan dengan diri, seperti Shalat, Zakat, Bersuci, Menutup Aurat, Memerdekakan budak, Puasa, Haji dan seterus nya.
Amalan – amalan anggota badan mencakup 38 perkara yaitu 15 perkara yang berhubungan dengan diri, seperti Shalat, Zakat, Bersuci, Menutup Aurat, Memerdekakan budak, Puasa, Haji dan seterus nya.
6 perkara yang berhubungan dengan orang yang
dicintai, seperti mendidik anak, berbakti kepada kedua orang tua, menyambung
silaturahmi dan seterusnya.
17
perkara yang berhubungan dengan masyarakat, seperti mentaati ulil amri (ulama
dan pemerintah), menjawab salam, mendoakan orang yang bersin, menyingkirkan
gangguan dari jalan.
Jadi,
seseorang dapat dikatakan sebagai mukmin (orang yang beriman) sempurna apabila
memenuhi ketiga unsur keimanan di atas. Apabila seseorang mengakui dalam
hatinya tentang keberadaan Allah, tetapi tidak diikrarkan dengan lisan dan
dibuktikan dengan amal perbuatan, maka orang tersebut tidak dapat dikatakan
sebagai mukmin yang sempurna. Sebab, ketiga unsur keimanan tersebut merupakan
satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan. Firman Allah SWT:
“Wahai orang-orang yang beriman. Tetaplah
beriman kepada Allah dan RasulNya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al Qur’an) yang
diturunkan kepada RasulNya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa
ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, Rasul-rasulNya,
dan hari kemudian, maka sungguh orang itu telah tersesat sangat jauh.” (Q.S. An
Nisa : 136)
Ayat
di atas memberikan penjelasan bahwa Bila kita ingkar kepada Allah, maka akan
mengalami kesesatan yang nyata. Orang yang sesat tidak akan merasakan
kebahagiaan dalam hidup. Oleh karena itu, beriman kepada Allah sesungguhnya
adalah untuk kebaikan manusia.
Salah
satu makhluk Allah swt. yang diciptakan di alam ini adalah malaikat. Dia
bersifat gaib bagi manusia, karena tidak dapat dilihat ataupun
disentuh dengan panca indra manusia.Sebagai muslim kita diwajibkan beriman
kepada malaikat. Iman kepada malaikat tersebut termasuk rukun iman yang kedua.
Apa yang dimaksud iman kepada malaikat? Iman kepada malaikat berarti meyakini
dan membenarkan dengan sepenuh hati bahwa Allah telah menciptakan malaikat yang
diutus untuk melaksanakan tugas-tugas tertentu dari Allah.
Dasar
yang menjelaskan adanya makhluk malaikat tercantum dalam ayat berikut ini yang
artinya:
“Segala
puji bagi Allah pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap
masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.” (Q.S. Fatir: 1)
Selanjut
nya meyakini dengan sebenarnya bahwa Allah memiliki kitab-kitab
yangditurunkan-Nya kepada para nabi dan rasul-Nya, yang benar-benar merupakan
kalam (firman,ucapan)-Nya. Ia adalah
cahaya dan petunjuk. Apa yang dikandungnya adalah benar. Kitap-kitap yng
diturunkan Allah SWT Antara lain Taurat,Injil, Zabur, dan Al-Qur’an. Selain
wajib mengimani bahwa Al-Qur’an diturunkan dari sisi Allah,wajib pula mengimani
bahwa Allah telah mengucapkannya sebagaimana Dia telah mengucapkan seluruh
kitab lain yang diturunkan. Wajib pula melaksanakan berbagai perintah dan
kewajiban serta menjauhi berbagai larangan yang terdapat didalam Al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan tolak ukur kebenaran kitab-kitab terdahulu.
Hanya Al-Qur’anlah yang dijaga oleh Allah dari pergantian dan perubahan
kitap-kitap yang lain.
Kemudian kita Harus beriman
Kepada rasul-rasul Allah, keyakinan yang kuat bahwa Allah telah mengutus para
rasul untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada cahaya.
kepada siapa di antara mereka yang
disebut namanya oleh Allah, yaitu 25 diantara mereka yang disebutkan oleh Allah
dalam Al-Qur’an. Wajibpula beriman bahwa Allah telah mengutus rasul-rasul dan
nabi-nabi selain mereka, yang jumlahnya tidak diketahui oleh selain Allah,
dan tidak ada yang mengetahui nama-nama mereka selain Allah Yang Maha Mulia dan
Maha Tinggi. Wajib pula beriman bahwa Muhammad SAW adalah yang paling mulia dan
penutup para nabi dan rasul,risalahnya meliputi bangsa jin dan manusia, serta
tidak ada nabi setelahnya.
Iman kepada kebangkitan setelah mati
adalah keyakinan yang kuat tentang adanya negeri akhirat. Di negeri itu Allah
akan membalas kebaikan orang-orang yang berbuat baik dan orang-orang yang berbuat
jahat. Allah mengampuni dosa apapun selain syirik, jika Dia menghendaki.
(kebangkitan) adalah dipulihkannya badan dan dimasukkannya kembali nyawa ke
dalamnya, sehingga manusia keluar dari kubur seperti belalang-belalang yang
bertebaran dalam keadaan hidup dan bersegera mendatangi penyeru.Kita memohon
ampunan dan kesejahteraan kepada Allah, baik di dunia maupun di akhirat.
Iman kepada takdir adalah meyakini secara sungguh-sungguh
bahwa segala kebaikan dan keburukan itu terjadi karena takdir Allah. Allah ta’ala
telah mengetahui kadar dan waktu terjadinya segala sesuatu, sebelum menciptakan
dan mengadakannya dengan kekuasaan dan kehendak-Nya, sesuai dengan apa yang
telah diketahui-Nya. sebelum menciptakannya.Banyak sekali dalil mengenai rukun
iman, baik dari segi Al-Qur’an maupun As-Sunnah.
Namun apa yang menyebabkan iman seseorang
itu bisa bertambah ataupun berkurang.
Ada beberapa sebab, di antaranya:
Sebab Iman seseorang bisa bertambah
Mengenal Allah (Ma’rifatullah) dengan
nama-nama (asma’) dan sifat-sifat-Nya. Setiap kali marifatullahnya
seseorang itu bertambah, maka tak diragukan lagi imannya akan bertambah pula.
Oleh karena itu para ahli ilmu yang mengetahui benar-benar tentang asma’ Allah
dan sifat-sifat-Nya lebih kuat imannya dari pada yang lain.
Memperlihatkan ayat-ayat (tanda-tanda kekuasaan)Allah,
Allah Ta’ala berfirman.
وَفِي الأرْضِ آيَاتٌ لِلْمُوقِنِينَ
وَفِي أَنْفُسِكُمْ أَفَلا تُبْصِرُ
“Dan
di bumi itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang yakin,
dan (juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan” (Adz-Dzariyat :
20-21).
Ayat-ayat lain yang menunjukkan
bahwa jika manusia mau memperhatikan dan merenungkan alam ini, maka imannya
akan semakin bertambah.
Banyak melaksanakan ketaatan. Seseorang yang
mau menambah ketaatannya, maka akan bertambah pula imannya, apakah ketaatan itu
berupa qauliyah maupun fi’liyah. Berdzikir umpamanya akan
menambah keimanan seseorang. Demikian juga shalat, puasa dan haji akan menambah
keimanan secara kuantitas maupun kualitas.
Sebab iman seseorang bis berkurang
Jahil terhadap asma’ Allah dan
sifat-sifat-Nya. Ini akan menyebabkan berkurangnya iman. Karena, apabila
mari’fatullah seseorang tentang asma’ dan sifat-sifat-Nya itu berkurang, tentu
akan berkurang juga imannya.
Berpaling dari tafakkur mengenai ayat-ayat
Allah yang kauniyah maupun syar’iyah. Hal ini akan menyebabkan berkurangnya
iman, atau paling tidak membuat keimanan seseorang menjadi statis tidak pernah
berkembang.
Berbuat maksiat. Kemaksiatan memiliki pengaruh
yang besar terhadap hati dan keimanan seseorang. Oleh karena itu Rasulullah SAW
pernah bersabda : “Tidaklah seseorang itu berbuat zina ketika melakukannnya
sedang ia dalam keadaan beriman”. (Al-Hadits)
Meninggalkan ketaatan. Meninggalkan
keta’atan akan menyebabkan berkurangnya keimanan. Jika ketaatan itu berupa
kewajiban lalu ditinggalkannya tanpa udzur, maka iman seseorang akan berkurang.
MACAM- MACAM TINGKATAN KEIMANAN
Tingkat keimanan kita
sesungguhnya dapat kita ukur sendiri. Caranya ada berbagai macam metode, salah satunya yang
akan kita bahas disini adalah dengan melihat motivasi kita dalam beribadah.
Ada berbagai macam alasan yang memotivasi kita
dalam beribadah yaitu.
Kewajiban.
Motivasi ini merupakan motivasi yg paling dasar. Motivasi kewajiban ini pun dapat dibagi menjadi yaitu kewajiban akan status, dan takut akan dosa. Kewajiban akan status akan memotivasi orang tersebut untuk memilih suatu agama dan beribadah hanya untuk memenuhi statusnya, sedangkan takut akan dosa lebih memacu orang tersebut untuk (hanya) beribadah untuk menggugurkan kewajibannya tersebut (tanpa mempedulikan kualitas ibadah, hanya kuantitas ibadah).
Motivasi ini merupakan motivasi yg paling dasar. Motivasi kewajiban ini pun dapat dibagi menjadi yaitu kewajiban akan status, dan takut akan dosa. Kewajiban akan status akan memotivasi orang tersebut untuk memilih suatu agama dan beribadah hanya untuk memenuhi statusnya, sedangkan takut akan dosa lebih memacu orang tersebut untuk (hanya) beribadah untuk menggugurkan kewajibannya tersebut (tanpa mempedulikan kualitas ibadah, hanya kuantitas ibadah).
Kebutuhan.
Dalam tingkatan ini, manusia akan lebih meningkatkan kualitas ibadahnya hanya bedasarkan jika sedang butuh saja (ya walau terkadang ada orang yang hanya shalat jika ada butuhnya saja). Mengapa tingkatan ini lebih tinggi dari pada tingkatan yang pertama tadi? Hal ini di karenakan oleh faktor kualitas dari ibadah yang dilakukan oleh orang tersebut (jika kita sedang butu dengan sebaik baiknya).
Dalam tingkatan ini, manusia akan lebih meningkatkan kualitas ibadahnya hanya bedasarkan jika sedang butuh saja (ya walau terkadang ada orang yang hanya shalat jika ada butuhnya saja). Mengapa tingkatan ini lebih tinggi dari pada tingkatan yang pertama tadi? Hal ini di karenakan oleh faktor kualitas dari ibadah yang dilakukan oleh orang tersebut (jika kita sedang butu dengan sebaik baiknya).
Rasa syukur / terima kasih atas nikmat dan
karunia yang telah ALLAH berikan.
Ini adalah motivasi terbesar yang paling sering kita temukan. Ibadah atas motivasi ini tentu di laksanakan atas rasa syukur setelah diberi nikmat oleh ALLAH.
Ini adalah motivasi terbesar yang paling sering kita temukan. Ibadah atas motivasi ini tentu di laksanakan atas rasa syukur setelah diberi nikmat oleh ALLAH.
Atas dasar rasa cinta kepada Allah SWT.
Motivasi ini merupakan motivasi tertinggi. Dalam motivasi ini kita merasa, walau sering kita
melupakan nikmat ALLAH (terutama ketika kita tidur), ALLAH tetap senantiasa
menjaga kita, melindungi kita (dan tetap menjaga jantung kita berdetak ketika
tidur, otot usus kita bekerja walau kita terlelap). Bayangkan apabila ketika kita melupakan ALLAH dan ALLAH
pun melupakan kita. Ya, tanpa disadari, kita merupakan makhluk yang memang
dibuat untuk senantiasa lupa (terutama akan kodrat tujuan penciptaan kita yaitu
beribadah).
Keimanan
dapat diibaratkan sebatang pohon yang memerlukan siraman pupuk dan penjagaan
dari hama. Siraman iman ialah nasihat-nasihat agama, pupuknya adalah ibadah,
dan hamanya yaitu segala perbuatan dosa. Hama atau perusak iman dapat berasal
dari dirinya sendiri (intern) dan dari luar atau pengaruh lingkungan (ekstern).
ليست هناك تعليقات:
إرسال تعليق